Stampa semahutu ge jou-jou Tarnate sosira ana nawaris. Toma adat mancia Tarnate, ana parcaya stampa ma asal toma kayangan tara, se maumur abad tumding foloima.
Mancia Tarnate parcaya stampa semahutu ge sakral, carita stampa ge sema toma carita Jafar Sadiq lahi kai se foheka toma kayangan, mina mi ronga Nursifa.
Ena majarita, ngofa majojo yang bususu toma kayangan, maoras sari uci toma kaha, ngofa ge woari kama togu-togu ua, kara ngofa ge maete wohaka una stampa toma dopolo, una maete siwasu jaga stampa ge laha-laha.
Maoras ngofa majojo ge wolamo raima, una wodadi sosira kolano toma gam gapi, toma sosira moju, toma hang moju mancia nonako musyawarah Foramadiahi, bolo mancia waro kajadiang tara no ate.
Terjemahan:
Stampa atau mahkota merupakan tinggalan sultan-sultan terdahulu di Ternate. Dalam tradisi lisan masyarakat Ternate, bahwa stampa tersebut berasal dari kayangan dan telah berumur 7 abad lebih.
Stampa bagi sultan dan masyarakat adat Ternate sangat sakral. Kesakralan ini dituangkan dalam cerita Jafar Sadiq yang mempersunting seorang gadis dari kayangan yang dikenal dengan sebutan Nur Sifa.
Singkat cerita, anak bungsu yang lahir di kayangan itu, ketika mau turun ke bumi, anak tersebut terus menangis dan kakeknya memberikan stampa tersebut, dan berpesan agar menjaganya.
Ketika anak bungsu tersebut dewasa, ia kemudian menjadi penguasa Ternate yang pertama dan bertakhta di tanah Gapi jauh sebelum adanya “Musyawarah Foramadiyahi” atau dikenal peristiwa tara no ate.
Stampa: Antara Mitos dan Fakta
Dalam karya Abdul Kadir Soleman (2017) “Menguak Kontraversi Mahkota Ternate”. Ditemukan bahwa asal-mula kata stampa atau istampa berasal dari bahasa Arab yaitu Isthofa (اصطفى), artinya “yang terpilih”. Maksudnya, terpilih menjadi pemimpin atau orang pilihan yang berhak mengunakan stampa dan mendapat predikat Khalifaturrasyid wa tubadirrasul.
Keterangan di atas, menurut Abdul Kadir Soleman didapatkan dari Ode A. Soawali, Sangaji Kulaba pada saat pengambilan data pada 2017. Ia juga menemukan bahwa selain bahasa Arab, kata stampa juga ditemukan dalam bahasa Urdu ( ڈاک ٹکٹ) yang bermakna “kekuatan langit”, dan dalam bahasa India stampa memiliki arti “penopang atau pasak bumi” (Ibid,:2).
Sekitar tahun 1990-an, salah satu stasiun televisi swasta dalam acara liputan khusus, pernah mewawancarai Sultan Mudaffar Sjah, Ketika ditanya oleh reporter, Desi Anwar, asal usul mahkota yang konon rambutnya selalu tumbuh panjang layaknya rambut manusia. Mudaffar Sjah hanya menjawab tidak tahu dan kejadian itu misteri.
Seorang narasumber yang pernah menyaksikan dan mendampingi Mudaffar Sjah, ketika Andy Noya (pembawa acara Kick Andy Show), mendatangi Kesultanan Ternate, dan menanyakan asal usul mahkota. Saat itu, Mudaffar Sjah mengatakan bahwa mahkota berasal dari suatu bangsa yang telah maju peradabannya di Nusantara dan telah tenggelam, lalu mahkota—nya “terdampar” di Ternate (Log.Cit.,6).
Mudaffar Sjah, juga menuturkan bahwa “stampa atau mahkota yang berada di Ternate, punya kesamaan dengan salah satu mahkota di Turki”. Pernyataan Mudaffat ini pernah diliput oleh reporter Liputan 6 pada Juni 2016. Namun pernyataan ini tidak disampikan secara langsung oleh Mudaffar Sjah, melainkan oleh Amir Tomagola sebagai pelaksana tugas sultan Ternate, kimalaha Tomagola, saat itu.
Nurdin Talabuddin Yusuf, perangkat adat kesultanan Ternate, juga menyampaikan bahwa stampa atau mahkota sultan Ternate adalah milik Ratu Balqis, bernama Ratna Mutu Jauhar Maanikam. Hal ini dibuktikan dengan batu merah yang ada di mahkota sebagai pertanda lambang perempuan (Ibid,:11).
Berbagai keterangan di atas, bila dikaitkan dengan perdagangan rempah-rempah (cengkeh) di Ternate, Maluku. Bahwa sejak abad VIII SM, telah tiba orang Arab, Gujarat (India), Cina, Melayu telah melakukan kontak dengan orang Ternate jauh sebelum orang Eropa. Sehingga besar kemungkinan stampa tersebut bersal dari para saudagar yang melakukan perdagangan di Ternate dan menukarkan (barter) stampa tersebut dengan cengkeh yang dimiliki oleh Kolano Ternate.
Beberapa sumber Eropa menyebutkan bahwa kehidupan bangsawan Ternate sangat mewah. Mulai dari cara berpakaian, perhiasan yang mereka gunakan, menyukai kemewahan, dan harta yang mereka miliki sangat berlimpah. Bahkan tempat sirih-pinang serta tempat penampung ludah (guci) ada yang terbuat dari emas. Kemewahan-kemewahan itu, biasanya didapatkan dari hasil barter dengan para saudagar dari berbagai bangsa atau persembahan upeti dari wilayah koloni kesultanan Ternate.
Keistimewaan Stampa
Stampa sultan ini sudah lazim diketahui warga Ternate maupun Maluku Utara pada umumnya. Kisah stampa ini, keistimewaan bahkan kesaktiannya, menjadi legenda yang diwariskan melalui lisan secara turun temurun oleh masyarakat Ternate.
Stampa bagi seorang sultan tak hanya sekedar pendukung penampilan saja, tapi memiliki makna yang sangat sakral dan mistis. Stampa merupakan representasi dari berbagai simbol, mulai dari keindahan, kekuatan, kekuasaan, dan sebagainya. Oleh karena itu, stampa sangat dikeramatkan dari pada sang sultan itu sendiri.
Stampa akan dipakai ketika sultan dilantik atau disahkan oleh pemangku adat kesultanan. Setelah dilantik, stampa akan dikembalikan dan diletakan dikamar puji atau kamar bersemadinya para sultan.
Kamar fuji ini tidak semua orang bisa akses tanpa seijin sultan, bahkan perangkat adat yang ditugaskan untuk menjaga harus memiliki ilmu agama yang mumpuni.
Uniknya pada stampa ini memiliki rambut dan tumbuh memanjang dengan sendirinya. Dalam kepercayaan masyarakat adat Ternate rambut tersebut tetap tumbuh dan akan dibesihkan dan dipotong rambutnya setiap satu tahun sekali bertepatan dengan hari besar umat Islam yaitu Hari Raya Idul Adha.
Ritual pemotongan rambut dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qua’an dan ritual khusus yang dihadiri oleh sultan, bobato akhirat dan beberapa perangkat kesultanan. Setelah pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran, stampa tersebut akan dikelilingi (tawaf) sebanyak tujuh kali. Setelah melakukan tawaf, maka rambut stampa dipotong oleh sang sultan, kemudian dioleskan “minyak arab”.
Setelah pemotongan rambut, stampa akan dikembalikan ke kamar puji serta diiringin dengan pembacaan doa sukuran dan tolak bahala untuk negeri Ternate dan wilayahnya.
Jumlah Perhiasan Pada Stampa
Dilihat dari bentuk, stampa sangat indah dengan taburan batu-batuan mulia, lempeng emas dan berlian. Bila ditaksir, stampa ini tidak ternilai harganya. Keindahan stampa ini, seorang Residen Belanda yang bertugas di Ternate merasa takjub dan sempat mendokumentasi. Dalam laporan De Clerq, F.S.A (1890: 30) “Bijdragen tot de Kennis der Residentie Ternate”. Disebutkan bahwa mas dan perhiasan yang terdapat pada stampa Ternate terdiri dari, 1 batang emas, 2 emas dahengora, 1 rantai emas dengan mata rantai balibi, 1 rantai emas Makassar, dan 12 anting emas.
Selain emas juga terdapat, 6 berlian ceylon, 26 batu mulai ceylon, 7 permata bintang, 1 permata bunga matahari, 1 anting permata besar, 60 berlian kecil, 1 batu delima berwarna merah jingga, 2 batu permata topaz, 80 mutiara besar dan kecil.
Banyaknya emas, berlian dan batu mulia membuat stampa tersebut sangat berat. De Clercq juga menyebutkan bahwa sultan akan mengunakan Stampa ketika melakukan ritual adat dan akan melepaskan ketika ritual telah selesai.
Stampa sebagai gambaran terpenting secara spiritual di Ternate. Hanya sowohi kie yang dikaruniai dengan kekuatan spiritual untuk menempatkan stampa atau mahkota di atas kepala sultan. Bahkan dengan kekuatan spiritual stampa (mahkota) tersebut dapat membantu sultan bila menghadapi ancaman perang (Andaya, 1993:73-74).
Stampa memiliki nilai sakral bagi sultan dan masyarakat adat, itulah kenapa stampa dijaga dan dimuliakan oleh sultan. Bahkan pada saat serangan sekutu di Ternate, sultan Muhammad Djabir Syah mengutus Sangaji Wailoa bersama bala kusu menyelamatkan stampa tersebut ke pulau Hiri. Peristiwa ini dikenal dengan “cerita Kolano Ternate ma hisa”.
