Permainan Hiku Mari Toniru. Tampak kedua guru menyembunyikan batu pada murid. |
Permainan tradisional yang dahulu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak, kini semakin jarang terlihat. Seiring dengan perkembangan teknologi, gadget telah mengambil alih perhatian dan waktu anak-anak. Gadget menyediakan hiburan instan yang mudah diakses kapan saja dan di mana saja. Beberapa dekade lalu, salah satu permainan tradisional yang digemari anak-anak Maluku Utara adalah “toniru skola batu”. Permainan ini bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga sarana untuk bersosialisasi, belajar kerja sama dan mengembangkan kreativitas.
Hiku Mari Toniru yaitu “bermain sembunyi batu” atau disebut “toniru skola batu”. Istilah permainan ini berasal dari bahasa Ternate. Secara etimologis “hiku”, artinya “sembunyi”; “mari” artinya “batu”, dan “toniru” adalah “bermain”. Selain terdapat pada orang Ternate, permainan ini juga ditemukan pada orang Makeang Timur/Taba dengan sebutan lalawa gogan lalai. Sementara orang Galela menyebut goule ihu teto dan orang Tobelo sebut ule hikunu helewo.
Kata batu dan skola (sekolah) digunakan, karena terdapat sebuah batu dalam permainan dan meniru murid-murid naik kelas serta memiliki 1 orang guru dalam satu kelompok. Pelaksanaan permainan ini tidak berdasarkan pada satu peristiwa atau tradisi tertentu. Tetapi tergantung pada waktu luang anak-anak di pagi hari, siang dan sore hari. Penyelenggaraan permainan tersebut tidak terikat pada status sosial maupun unsur-unsur kepercayaan masyarakat setempat.
Peserta dan Peralatan
Permainan hiku mari toniru dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan berumur 7-15 tahun dan jumlah peserta tidak dapat ditentukan secara pasti, biasanya 5-10 orang bahkan lebih. Setelah anak-anak terkumpul, mereka dengan sendirinya membagi atau membentuk dua kelompok/regu dan bersepakat menentukan seorang guru dalam setiap kelompok.
Setelah kelompok terbentuk. Guru dari dua kelompok akan membuat (menggaris) arena permainan yang dinamakan sekolah dilengkapi dengan kelas 1 sampai 6. Sementara anggota kelompok, disebut anak murid akan menyediakan peralatan atau alat yang digunakan dalam permainan tersebut.
Pelaratan tersebut terdiri dari 2 batu kecil (kerikil) untuk 2 kelompok, dan kain untuk menutupi atau menghalangi pandangan lawan untuk menyembunyikan batu (tidak wajib). Bila semua telah siap, maka guru dari kedua kelompok akan melakukan suten, mengundi kelompok mana yang bermain duluan.
Aturan Permainan
Hiku Mari Toniru memiliki aturan permainan yaitu:
- Bila murid-murid yang naik duluan sampai garis depan, garis (kelas) enam dinyatakan sebagai pemenang.
- Murid yang memegang batu bila salah ditebak maka ia akan naik kelas. Tetapi bila tebakan lawan benar, maka ia akan tinggal di kelas tersebut da permainan dippindahkan kepada kelompok menebak.
- Hanya seorang murid yang boleh menebak pada setiap kali kesempatan menebak.
- Kelompok yang kalah akan diberi hukuman dengan cara cahi (menggendong) atau mencubit telinga.
Tahapan Permainan
Masing-masing kelompok terdiri dari 5 murid (atau lebih) dan seorang guru. Semua murid akan duduk berjejer di garis pertama/kelas satu dan kedua tangan berada dibelakang.
Satu buah batu akan dipegang oleh guru dan berdiri dibelakang muridnya sambil berjalan menyembunyikan batu tersebut salah satu tangan murid-muridnya. Setelah itu, guru akan berdiri di belakang murid dan mempersilahkan/meminta kepada murid dari kelompok sebelah untuk menebak batu berada ditangan siapa.
Guru kelompok sebelah atau lawan, akan mempersilahkan kepada muridnya untuk menebak. Bila salah tebakannya maka murid yang memegang batu akan pindah kegaris depan (naik kelas) dan permainan akan dilanjutkan. Akan tetapi, bila tebakannya benar, maka permainan akan berpindah kepada kelompok yang menebak atau kelompok lawan dan murid yang kena tebakan tidak naik kelas.
Setiap guru kelompok akan berusaha agar murid-muridnya cepat naik kelas dan memenangkan permainan tersebut, sehingga setiap guru kelompok akan berusaha menyimpan batu dengan teknik tertentu agar tidak diketahui lawan.
Dena permainan hiku mari toniru. |
Frekuensi Pelaksanaannya
Permainan hiku mari toniru tersebar pada setiap suku bangsa di Maluku Utara. Beberapa informan yang ditemui di Ternate, Tidore, dan Makeang mengemukakan bahwa jenis permainan ini sudah tidak lagi dilakukan 10 atau 15 tahun terakhir. Bahkan anak-anak saat ini tidak mengetahui nama permainan tradisional orang Maluku Utara dan tahapan permainan tersebut. Perhatian anak-anak sekarang beralih pada permainan moderen dengan kemajuan teknologi.